A. PENDAHULUAN
Lahirnya
sejumlah sastrawan perempuan tampaknya bukan suatu kebetulan, tetapi memiliki
hubungan yang tak terpisahkan dengan transformasi sosio kultural Indonesia,
yang antara lain merupakan hasil perjuangan para feminis dan emansipatoris
wanita. Di samping itu, ada fenomena menarik pada beberapa karya para pengarang
perempuan tersebut, antara lain dalam hal mengangkat atau menggambarkan tema
yang berhubungan dengan perempuan dan seks. Di dalam kumpulan cerpan tersebut
di muat 11 cerpen dan hampir semuanya berbicara dan bertokoh perempuan dan
seks.
B. SISTEMATIKA
ISI NOVEL
Sepanjang hidup saya
melihat manusia berkaki empat. Berekor anjing babi atau kerbau. Berbulu
serigala landak atau harimau. Dan berkepala ular banteng atau keledai. Namun
tetap saja mereka bukan binatang. Cara mereka menyantap hidangan di depan meja
makan sangat benar. Cara mereka berbicara selalu menggunakan bahasa & sikap
yg sopan. Dan mereka membaca buku-buku bermutu. Mereka menulis catatan-catatan
penting. Mereka bergaun indah & berdasi.Bahkan konon mereka mempunyai hati.
Saya memperhatikan bayangan diri saya di dalam cermin dgn cermat. Saya berkaki
dua berkepala manusia tapi menurut mereka saya adl seekor binatang. Kata mereka
saya adl seekor monyet. Waktu mereka mengatakan itu kepada saya saya sangat
gembira. Saya katakan jika saya seekor monyet maka saya satu-satu binatang yg
paling mendekati manusia. Berarti derajat saya berada di atas mereka.Tapi mereka
manusia bukan binatang krn mereka mempunyai akal & perasaan. Dan saya
hanyalah seekor binatang.
C. PENDEKATAN FEMINISME
Pendekatan
feminism dalam kajian sastra sering di kenal dengan nama kritik sastra feminis
adalah salah satu kajian karya sastra yang mendasarkan pada pandangan feminisme
yang menginginkan adanya keadilan dalam
memandang eksistensi perempuan, baik sebagai penulis maupun dalam karya
sastra-karya sastranya. Pandangan yang mempengaruhi lahirnya feminism adalah
konsep sosialisme dan Marxis. Menurut pandangan ini, kaum perempuan merupakan
suatu kelas dalam masyarakat yang di tindas oleh kelas lain, yaitu kelas
laki-laki (Djajanegara, 2002:2).
D. HASIL
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Hampir semua
cerpen Djenar dalam cerpen ini bertokoh utama perempuan. Mereka adalah para
perempuan kelas menengah dan atas yang tinggal dan hidup di kota
metropolitan,yang menderita karena menjadi korban,terutama korban pelecehan dan
kekerasan seksual
Tokoh saya dalam
Mereka Bilang Saya Monyet menceritakan perilaku teman-temannya di sebuah
Café,yang berkarakter seperti binatang.
Sepanjang hidup saya
melihat manusia berkaki empat. Berekor
anjing, babi, atau
kerbau. Berbulu serigala, landak atau harimau.
Dan berkepala ular,
banteng atau keledai
Namun tetap saja mereka
bukan binatang.
Tokoh saya dalam
cerpen Mereka Bilang Saya monyet! Merupakan sosok perempuan hidup dalam
lingkungan (teman-temannya) yang tidak sesuai dengannya. Oleh teman-temannya,
yang menganut gaya hidup munafik dan free seks, dia dipanggil Monyet. Metafora
manusia dengan bermacam-macam binatang
dalam cerpen tersebut menunjukkan betapa para manusia sudah memiliki karakter
yang kurang beradab. Dalam realitas sehari-hari perbedaan manusia dengan
binatang, karena dalam perspektif manusia di pandang lebih beradab dari
binatang.
Dalam cerpen
Lintah digambarkan seorang anak perempuan, Maha, yang tinggal bersama ibunya
yang hidup serumah bersama pacarnya. Untuk mengekspresikan kelicikan pacar
ibunya dan kejijikan terhadap pacar ibunya, Maha menyebut pacar ibunya sebagai
lintah. Dengan adanya lintah di rumahnya, di samping Maha mempunyai saingan
untuk mendapatkan kasih sayang ibunya, yang lebih menyedihkan Maha juga
menderita pelecehan seksual dan diperkosa olehnya.
“Tanpa dapat saya
hindari lintah sudah berdiri tepat di depan saya.
Lintah itu sudah
menjadi ular kobra yang siap mematuk mangsanya.
Matanya warna merah
saga menyala. Jiwa saya gemetar. Raga saya lumpuh.
Ular menyergap,
melucuti pakaian saya, menjalari satu persatu lekuk tubuh saya. Melumat tubuh
saya yang belum berbulu dan bersusu……”
Dari
uraian diatas, tampak bahwa tokoh-tokoh perempuan dalam cerpen-cerpen Djenar
sebagian besar merupakan korban pelecehan dan kekerasan seksual. Mereka
merupakan objek yang mengalami penderitaan akibat ulah tokoh-tokoh lain.
Apabila dipahami dari konteks kritik sastra feminis, khususnya kritik sastra
feminis cerpen-cerpen Djenar menunjukkan adanya keberpihakan pengarang untuk
menyampaikan penderitaan yang dialami kaumnya.
Hal
ini sesuai dengan pengertian kritik sastra feminis yang memfokuskan kajian pada
tulisan-tulisan wanita karena para feminis percaya bahwa pembaca wanita
biasanya mengidentifikasikan dirinya atau tokoh wanita, sedangkan tokoh wanita
tersebut pada umumnya merupakan cermin penciptanya (Djajanegara, 2008:28).
E. KESIMPULAN
Apa
yang di gambarkan oleh Djenar tersebut menunjukkan adanya semangat untuk
memberikan perhatian dan berpihak terhadap penindasan dan pemerasan terhadap
perempuan dalam masyarakat. Para perempuan yang merupakan korban pelecehan dan kekerasan
seksual dalam cerpen-cerpen tersebut mempresentasikan kondisi perempuan secara
nyata ada dalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Ayu,
Djenar Maesa. 2002. Mereka Bilang Saya Monyet!. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Wiyatmi.2006.
Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta : Pustaka.
http://www.limitedbookstore.com/buku/mereka-bilang-saya-monyet-djenar-maesa-ayu.htm. Di unduh pada Rabu, 20 April 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar