Rabu, 19 Oktober 2011

PEREMPUAN DAN SEKSUALITAS DALAM CERPEN MEREKA BILANG SAYA MONYET!


A. PENDAHULUAN
Lahirnya sejumlah sastrawan perempuan tampaknya bukan suatu kebetulan, tetapi memiliki hubungan yang tak terpisahkan dengan transformasi sosio kultural Indonesia, yang antara lain merupakan hasil perjuangan para feminis dan emansipatoris wanita. Di samping itu, ada fenomena menarik pada beberapa karya para pengarang perempuan tersebut, antara lain dalam hal mengangkat atau menggambarkan tema yang berhubungan dengan perempuan dan seks. Di dalam kumpulan cerpan tersebut di muat 11 cerpen dan hampir semuanya berbicara dan bertokoh perempuan dan seks.
B. SISTEMATIKA ISI NOVEL
Sepanjang hidup saya melihat manusia berkaki empat. Berekor anjing babi atau kerbau. Berbulu serigala landak atau harimau. Dan berkepala ular banteng atau keledai. Namun tetap saja mereka bukan binatang. Cara mereka menyantap hidangan di depan meja makan sangat benar. Cara mereka berbicara selalu menggunakan bahasa & sikap yg sopan. Dan mereka membaca buku-buku bermutu. Mereka menulis catatan-catatan penting. Mereka bergaun indah & berdasi.Bahkan konon mereka mempunyai hati. Saya memperhatikan bayangan diri saya di dalam cermin dgn cermat. Saya berkaki dua berkepala manusia tapi menurut mereka saya adl seekor binatang. Kata mereka saya adl seekor monyet. Waktu mereka mengatakan itu kepada saya saya sangat gembira. Saya katakan jika saya seekor monyet maka saya satu-satu binatang yg paling mendekati manusia. Berarti derajat saya berada di atas mereka.Tapi mereka manusia bukan binatang krn mereka mempunyai akal & perasaan. Dan saya hanyalah seekor binatang.

C. PENDEKATAN FEMINISME
Pendekatan feminism dalam kajian sastra sering di kenal dengan nama kritik sastra feminis adalah salah satu kajian karya sastra yang mendasarkan pada pandangan feminisme yang menginginkan adanya keadilan  dalam memandang eksistensi perempuan, baik sebagai penulis maupun dalam karya sastra-karya sastranya. Pandangan yang mempengaruhi lahirnya feminism adalah konsep sosialisme dan Marxis. Menurut pandangan ini, kaum perempuan merupakan suatu kelas dalam masyarakat yang di tindas oleh kelas lain, yaitu kelas laki-laki (Djajanegara, 2002:2).
D. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Hampir semua cerpen Djenar dalam cerpen ini bertokoh utama perempuan. Mereka adalah para perempuan kelas menengah dan atas yang tinggal dan hidup di kota metropolitan,yang menderita karena menjadi korban,terutama korban pelecehan dan kekerasan seksual
Tokoh saya dalam Mereka Bilang Saya Monyet menceritakan perilaku teman-temannya di sebuah Café,yang berkarakter seperti binatang.
Sepanjang hidup saya melihat manusia berkaki empat. Berekor
anjing, babi, atau kerbau. Berbulu serigala, landak atau harimau.
Dan berkepala ular, banteng atau keledai
Namun tetap saja mereka bukan binatang.
Tokoh saya dalam cerpen Mereka Bilang Saya monyet! Merupakan sosok perempuan hidup dalam lingkungan (teman-temannya) yang tidak sesuai dengannya. Oleh teman-temannya, yang menganut gaya hidup munafik dan free seks, dia dipanggil Monyet. Metafora manusia  dengan bermacam-macam binatang dalam cerpen tersebut menunjukkan betapa para manusia sudah memiliki karakter yang kurang beradab. Dalam realitas sehari-hari perbedaan manusia dengan binatang, karena dalam perspektif manusia di pandang lebih beradab dari binatang.
Dalam cerpen Lintah digambarkan seorang anak perempuan, Maha, yang tinggal bersama ibunya yang hidup serumah bersama pacarnya. Untuk mengekspresikan kelicikan pacar ibunya dan kejijikan terhadap pacar ibunya, Maha menyebut pacar ibunya sebagai lintah. Dengan adanya lintah di rumahnya, di samping Maha mempunyai saingan untuk mendapatkan kasih sayang ibunya, yang lebih menyedihkan Maha juga menderita pelecehan seksual dan diperkosa olehnya.
“Tanpa dapat saya hindari lintah sudah berdiri tepat di depan saya.
Lintah itu sudah menjadi ular kobra yang siap mematuk mangsanya.
Matanya warna merah saga menyala. Jiwa saya gemetar. Raga saya lumpuh.
Ular menyergap, melucuti pakaian saya, menjalari satu persatu lekuk tubuh saya. Melumat tubuh saya yang belum berbulu dan bersusu……”
Dari uraian diatas, tampak bahwa tokoh-tokoh perempuan dalam cerpen-cerpen Djenar sebagian besar merupakan korban pelecehan dan kekerasan seksual. Mereka merupakan objek yang mengalami penderitaan akibat ulah tokoh-tokoh lain. Apabila dipahami dari konteks kritik sastra feminis, khususnya kritik sastra feminis cerpen-cerpen Djenar menunjukkan adanya keberpihakan pengarang untuk menyampaikan penderitaan yang dialami kaumnya.  
Hal ini sesuai dengan pengertian kritik sastra feminis yang memfokuskan kajian pada tulisan-tulisan wanita karena para feminis percaya bahwa pembaca wanita biasanya mengidentifikasikan dirinya atau tokoh wanita, sedangkan tokoh wanita tersebut pada umumnya merupakan cermin penciptanya (Djajanegara, 2008:28).
E. KESIMPULAN
Apa yang di gambarkan oleh Djenar tersebut menunjukkan adanya semangat untuk memberikan perhatian dan berpihak terhadap penindasan dan pemerasan terhadap perempuan dalam masyarakat. Para perempuan yang merupakan korban pelecehan dan kekerasan seksual dalam cerpen-cerpen tersebut mempresentasikan kondisi perempuan secara nyata ada dalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Djenar Maesa. 2002. Mereka Bilang Saya Monyet!. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Wiyatmi.2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta : Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar