Buletin Rahsas
Ajang Pembelajaran Menulis Mata Kuliah ”Sejarah Sastra
Indonesia” Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS, UNY
Sekilas Info
Mata kuliah ini diampu oleh Nurhadi, M.Hum, dosen
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Yogyakarta. Pengajar asal Pemalang ini sekarang tengah
menempuh kuliah S3 di UGM, Yogyakarta dengan menulis disertasi yang
mengangkat karya-karya Seno Gumira Ajidarma.
____________
Penulisan Esai tentang Sejarah Sastra Indonesia
ini diikuti oleh para mahasiswa PBSI
kelas K, L, M, dan N tahun ajaran 2009/2010 semester genap. Tulisan-tulisan
ini sebagai bentuk bagian ujian akhir matakuliah.
____________
Seseorang akan dikenang dan dicatat oleh sejarah
lewat tulisan-tulisannya. Pepatah yang mengatakan ”publish or perish” mengingatkan kita bahwa jika mempublikasikan
diri, kita akan eksis, dan jika tidak melakukannya, kita akan musnah ditelan
zaman.
Hikmatul fitriyah
09201244026
M
Tulisan ini merupakan
karya sendiri, bukan jiplakan atau karya orang lain
Buletin Rahsas terbit setiap minggu
pada hari Sabtu, mengangkat
tulisan-tulisan tentang sejarah sastra Indonesia oleh peserta kuliah. Redaksi edisi kali ini: hikmatul fitriyah, NIM 09201244026 ; HP: 087839159914, e-mail:fhikmah@rocketmail.com
Sampel buku nyai.Dasima
Pada
versi Francis, Nyai Dasimah di gambarkan sebagai seorang perempuan
pengganggu, gila harta. Disini, Nyai Dasimah diceritakan mati di tangan Bang
Puase atas perintah Samiun karena ingin menguasai harta Nyai Dasimah. Dan
terlihat sekali rasa kolonial dan anti pribumi, anti islam. Semua tokoh dalam
Francis bersifat buruk hanya Tuan W yang mempunyai sifat baik bahkan sangat
baik. Dapat dikatakan sebagai sastra pesanan. Ya…sebuah karya sastra yang
dipesan untuk menujukkan kebaikan dari sebuah kekuatan penguasa saat
itu.
S.M.Ardan
|
Oleh Hikmatul
Fitriyah
Nyai…..apa yang kau pikirkan jika
mendengar kata Nyai? Steotipe yang negative kah? Seorang istri simpanan? Atau
seorang gundik? Atau mungkin seorang perempuan yang patut menjadi sebuah
sejarah. Nyai terlalu diselewengkan oleh sebuah kolonialisme.
Nyai Dasimah awalnya di
tuliskan oleh G Francis dengan judul Tjerita Njai Dasima yang diterbitkan
pertama kali oleh Tjeng Bie & Co, Batavia pada tahun 1896. Cerita ini
kemudian melegenda dan di jadikan lakon kelompok komedi bangsawan dan komedi
stambul. Di Masa penjajahan Miss Ribut bahkan telah mementaskannya sebanyak
127 kali. Ketika industri film mulai tumbuh di Hindia Belanda, pada tahun
1929, para peranakan yang tergabung pada Tan & Co memfilmkan Tjerita Njai
Dasima yang kemudian dilanjutkan dengan Nyai Dasima II dan Pembalasan Nancy.
Selanjutnya Tjerita Njai Dasima difilmkan oleh pribumi pada tahun 1940.
Secara singkat, Tjerita Njai Dasimah menceritakan
kehidupan seorang perempuan yang menjadi perempuan simpanan seorang Inggris
yang bernama Edward W. Dasimah berasal dari wilayah Kahuripan wilayah Parung
Bogor. Saat kecil, oleh orang tuanya, Dasimah diantar kerumah Tuan W untuk
mengabdi. Hingga kemudian Dasimah di jadikan Nyai dan mempunyai anak
perempuan bernama Nancy. Mereka kemudian tinggal di wilayah Pejambon, Jakarta
Pusat. Nyai Dasimah kemudian jatuh cinta pada Samiun, seorang kusir sado yang
selalu mengantarkan Nancy berangkat sekolah. Atas bantuan Mak Buyung,
akhirnya Samiun dan Dasimah menikah. Namun, nasib tragis dialami Nyai
Dasimah. Ia tewas di tangan Bang Miun, seorang penjahat dari wilayah Kwitang
saat akan pergi nonton dengan Samiun di wilayah Ketapang. Mayatnya
dihanyutkan di kali Ciliwung hingga tersangkut di sungai belakang rumah tuan
W.
Sementara itu S.M. Ardan, pada
tahun 1965 juga menulis kisah tentang Nyai Dasimah. Kebalikan dari versi
Francis, Ardan menggambarkan Nyai Dasimah sebagai perempuan yang bersahaja.
Dia meninggalkan Tuan W, karena merasa berdosa hidup serumah dengan Tuan W
tanpa pernikahan hingga mempunyai anak. Ia pun kemudian menikah dengan
Samiun. Nyai Dasimah tewas di tanhan Bang Puase atas perintah Haryati, istri
pertama Samiun yang merasa cemburu dengan Nyai Dasimah termasuk juga ingin
mengusai harta Nyai Dasimah. Dalam novelnya, Ardan berusaha memperbaiki kesan
Nyai Dasimah yang digambarkan oleh Francis. Nyai Dasimah dalam gambaran Ardan
adalah seorang perempuan korban struktur sosial kolonial yang ingin
mempertahankan jati diri dan harga diri dengan memberontak terhadap
kungkungan cara hidup per-nyai-an bentukan dari bangsa penjajah. Oleh Ardan,
Nyai Dasimah juga diberi keberanian dan kekuatan untuk mengungkapkan
perasaannya yang tidak ada di versi Francis.
S.M.ARDAN
Namanya
biasa disingkat dengan S.M Ardan. Dikenal sebagai sutradara dan pengarang cerita-cerita Betawi yang kemudian
dipentaskan dalam bentuk lenong. Karangan-karangan Ardan dimuat di Kisah,
yakni majalah sastra bergengsi yang khusus memuat cerita pendek pada tahun
50-an. Pada tahun 1955, beberapa cerita pendek Ardan yang pernah dimuat di
majalah Kisah diterbitkan oleh Gunung Agung dengan judul Terang Bulan
Terang di Kali. Lahir di Medan pada 2 Februari 1932 dari pasangan ayah yang
orang Betawi dari Jakarta dan ibu yang orang Sunda dari Bogor, Ardan memulai
karyanya dalam bidang sastra dengan menulis puisi, kemudian menulis sketsa,
cerita pendek, novel, kritik sastra dan skenario film.Pengarang yang
mempunyai nama asli Syahmardan tersebut meninggal dunia pada November 2006
akibat kecelakaan lalu lintas. Tanggal 19 november 2006, kecelakaan lalu lintas
sudah menimpanya sampai akhirnya mengalami pendarahan
di kepala, sementara kaki kanannya patah. Dia harus dirawat di ruang ICU RS Jakarta selama satu
pekan, hingga akhirnya meninggal pada hari Minggu 26 November
2006
pukul 10.18 WIB
akibat penyakit yang dideritanya. Besoknya, ia dimakamkan di TPU Karet Bivak,
Jakarta
Pusat.
Kumpulan sajaknya
diterbitkan bersama Ajip Rosidi dan Sobron Aidit, berjudul Ketemu di
Jalan tahun 1956. naskah dramanya, Nyai Dasima
diterbitkan dalam bentuk novel di tahun 1965. Ardan kemudian lebih banyak
menggeluti dunia film. Alasannya “Untuk hidup”, katanya. Ini memang di
maklumi. Karena di Indonesia, agaknya tak seorang pun bisa hidup dengan layak
hanya dari mengandalkan tulisan-tulisan sastra.
Karya :Terang Bulan Terang di Kali (cerpen,1955),Ketemu di Jalan
(1956),Nyai Dasima (drama,1965),Sejuta Kekasih (novel,1978),Di balik Dinding
(1955),Si Pitung (1970),Si Gondrong (1970),Pendekar Sumur Tujuh
(1971),Brandal-brandal Metropolitan (1972),Pembalasan Si Pitung (1977)
Daftar
pustaka
v Ardan,S.M.1965.Nyai Dasimah.jakarta
v “Tjerita Njai Dasima : G.
Francis”,www.wikipedia.com.diunduh
pada 2 juni.
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar