Rabu, 19 Oktober 2011

NYAI DASIMAH BAGIAN DARI SEJARAH


Buletin Rahsas
Ajang Pembelajaran Menulis Mata Kuliah ”Sejarah Sastra Indonesia” Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS, UNY

Sekilas Info

Mata kuliah ini diampu oleh Nurhadi, M.Hum, dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta. Pengajar asal Pemalang ini sekarang tengah menempuh kuliah S3 di UGM, Yogyakarta dengan menulis disertasi yang mengangkat karya-karya Seno Gumira Ajidarma.
____________


Penulisan Esai tentang Sejarah Sastra Indonesia ini diikuti  oleh para mahasiswa PBSI kelas K, L, M, dan N tahun ajaran 2009/2010 semester genap. Tulisan-tulisan ini sebagai bentuk bagian ujian akhir matakuliah.
____________



Seseorang akan dikenang dan dicatat oleh sejarah lewat tulisan-tulisannya. Pepatah yang mengatakan ”publish or perish” mengingat­kan kita bahwa jika mem­publika­si­­kan diri, kita akan eksis, dan jika tidak melakukannya, kita akan musnah ditelan zaman.
Hikmatul fitriyah
09201244026
M

Tulisan ini merupakan karya sendiri, bukan jiplakan atau karya orang lain







Buletin Rahsas terbit setiap minggu pada hari Sabtu, mengangkat tulisan-tulisan tentang sejarah sastra Indonesia oleh peserta kuliah. Redaksi  edisi kali ini: hikmatul fitriyah, NIM 09201244026 ; HP: 087839159914, e-mail:fhikmah@rocketmail.com


Sampel buku nyai.Dasima
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuR4O6vrGeMH4d9sNcWAbuvlSHzZTo526tDZ5mZilaHE1LmxHPlH2a0RCBy9kLoXWU-6YyUlk2q_nmOL7UtsOgaIVxsofAMjMx5qyXBobPS_2Q3rXoHZH0GIe7oiw-Zfw2i_QPmnfnqnk/s320/27516_100000924220879_7242_s.jpg


Pada versi Francis, Nyai Dasimah di gambarkan sebagai seorang perempuan pengganggu, gila harta. Disini, Nyai Dasimah diceritakan mati di tangan Bang Puase atas perintah Samiun karena ingin menguasai harta Nyai Dasimah. Dan terlihat sekali rasa kolonial dan anti pribumi, anti islam. Semua tokoh dalam Francis bersifat buruk hanya Tuan W yang mempunyai sifat baik bahkan sangat baik. Dapat dikatakan sebagai sastra pesanan. Ya…sebuah karya sastra yang dipesan untuk menujukkan kebaikan dari sebuah kekuatan penguasa saat itu. 

    S.M.Ardan


Oleh Hikmatul Fitriyah


    Nyai…..apa yang kau pikirkan jika mendengar kata Nyai? Steotipe yang negative kah? Seorang istri simpanan? Atau seorang gundik? Atau mungkin seorang perempuan yang patut menjadi sebuah sejarah. Nyai terlalu diselewengkan oleh sebuah kolonialisme.

    Nyai Dasimah awalnya di tuliskan oleh G Francis dengan judul Tjerita Njai Dasima yang diterbitkan pertama kali oleh Tjeng Bie & Co, Batavia pada tahun 1896. Cerita ini kemudian melegenda dan di jadikan lakon kelompok komedi bangsawan dan komedi stambul. Di Masa penjajahan Miss Ribut bahkan telah mementaskannya sebanyak 127 kali. Ketika industri film mulai tumbuh di Hindia Belanda, pada tahun 1929, para peranakan yang tergabung pada Tan & Co memfilmkan Tjerita Njai Dasima yang kemudian dilanjutkan dengan Nyai Dasima II dan Pembalasan Nancy. Selanjutnya Tjerita Njai Dasima difilmkan oleh pribumi pada tahun 1940. 

    Secara singkat, Tjerita Njai Dasimah menceritakan kehidupan seorang perempuan yang menjadi perempuan simpanan seorang Inggris yang bernama Edward W. Dasimah berasal dari wilayah Kahuripan wilayah Parung Bogor. Saat kecil, oleh orang tuanya, Dasimah diantar kerumah Tuan W untuk mengabdi. Hingga kemudian Dasimah di jadikan Nyai dan mempunyai anak perempuan bernama Nancy. Mereka kemudian tinggal di wilayah Pejambon, Jakarta Pusat. Nyai Dasimah kemudian jatuh cinta pada Samiun, seorang kusir sado yang selalu mengantarkan Nancy berangkat sekolah. Atas bantuan Mak Buyung, akhirnya Samiun dan Dasimah menikah. Namun, nasib tragis dialami Nyai Dasimah. Ia tewas di tangan Bang Miun, seorang penjahat dari wilayah Kwitang saat akan pergi nonton dengan Samiun di wilayah Ketapang. Mayatnya dihanyutkan di kali Ciliwung hingga tersangkut di sungai belakang rumah tuan W. 

           Sementara itu S.M. Ardan, pada tahun 1965 juga menulis kisah tentang Nyai Dasimah. Kebalikan dari versi Francis, Ardan menggambarkan Nyai Dasimah sebagai perempuan yang bersahaja. Dia meninggalkan Tuan W, karena merasa berdosa hidup serumah dengan Tuan W tanpa pernikahan hingga mempunyai anak. Ia pun kemudian menikah dengan Samiun. Nyai Dasimah tewas di tanhan Bang Puase atas perintah Haryati, istri pertama Samiun yang merasa cemburu dengan Nyai Dasimah termasuk juga ingin mengusai harta Nyai Dasimah. Dalam novelnya, Ardan berusaha memperbaiki kesan Nyai Dasimah yang digambarkan oleh Francis. Nyai Dasimah dalam gambaran Ardan adalah seorang perempuan korban struktur sosial kolonial yang ingin mempertahankan jati diri dan harga diri dengan memberontak terhadap kungkungan cara hidup per-nyai-an bentukan dari bangsa penjajah. Oleh Ardan, Nyai Dasimah juga diberi keberanian dan kekuatan untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak ada di versi Francis.

S.M.ARDAN
       Namanya biasa disingkat dengan S.M Ardan. Dikenal sebagai sutradara dan pengarang cerita-cerita Betawi yang kemudian dipentaskan dalam bentuk lenong. Karangan-karangan Ardan dimuat di Kisah, yakni majalah sastra bergengsi yang khusus memuat cerita pendek pada tahun 50-an. Pada tahun 1955, beberapa cerita pendek Ardan yang pernah dimuat di majalah Kisah diterbitkan oleh Gunung Agung dengan judul Terang Bulan Terang di Kali. Lahir di Medan pada 2 Februari 1932 dari pasangan ayah yang orang Betawi dari Jakarta dan ibu yang orang Sunda dari Bogor, Ardan memulai karyanya dalam bidang sastra dengan menulis puisi, kemudian menulis sketsa, cerita pendek, novel, kritik sastra dan skenario film.Pengarang yang mempunyai nama asli Syahmardan tersebut meninggal dunia pada November 2006 akibat kecelakaan lalu lintas. Tanggal 19 november 2006, kecelakaan lalu lintas sudah menimpanya sampai akhirnya mengalami pendarahan di kepala, sementara kaki kanannya patah. Dia harus dirawat di ruang ICU RS Jakarta selama satu pekan, hingga akhirnya meninggal pada hari Minggu 26 November 2006 pukul 10.18 WIB akibat penyakit yang dideritanya. Besoknya, ia dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat.
 Kumpulan sajaknya diterbitkan bersama Ajip Rosidi dan Sobron Aidit, berjudul Ketemu di Jalan tahun 1956. naskah dramanya, Nyai Dasima diterbitkan dalam bentuk novel di tahun 1965. Ardan kemudian lebih banyak menggeluti dunia film. Alasannya “Untuk hidup”, katanya. Ini memang di maklumi. Karena di Indonesia, agaknya tak seorang pun bisa hidup dengan layak hanya dari mengandalkan tulisan-tulisan sastra.
Karya :Terang Bulan Terang di Kali (cerpen,1955),Ketemu di Jalan (1956),Nyai Dasima (drama,1965),Sejuta Kekasih (novel,1978),Di balik Dinding (1955),Si Pitung (1970),Si Gondrong (1970),Pendekar Sumur Tujuh (1971),Brandal-brandal Metropolitan (1972),Pembalasan Si Pitung (1977)
Daftar pustaka
v  “S.M.Ardan”,http://id.wikipedia.org/wiki/1965.Diunduh pada 2 juni.
v  “S.M.Ardan”,http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/ardan.html.diunduh pada 2 juni.
v  Ardan,S.M.1965.Nyai Dasimah.jakarta
v  Tjerita Njai Dasima : G. Francis”,www.wikipedia.com.diunduh pada 2 juni.

           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar