MENINGKATKAN
EFEKTIVITAS MEMBACA
DENGAN
STRATEGI SKEMATA
Oleh: Hikmatul Fitriyah
A. PENDAHULUAN
Kegiatan membaca
merupakan jendela dunia, dengan banyak membaca berarti seseorang dapat
memperoleh berbagai informasi yang
berkembang baik yang sifatnya lokal, nasional maupun yang global. Melalui
kegiatan membaca seseorang dapat belajar mengenai berbagai hal mulai dari yang
paling sederhana sampai dengan yang kompleks.
Namun dalam era
globalisasi saat ini manusia dihadapkan pada persoalan bagaimana mengatasi keterbatasan
waktu dan dalam waktu yang singkat dapat membaca dengan memperoleh informasi
yang maksimal sehingga tidak ada waktu yang terbuang secara percuma.
Permasalahannya adalah bagaimana dapat diperoleh keterampilan membaca yang
efektif. Pembelajaran membaca yang efektif itu sendiri masih perlu
dipertanyakan.
Kegiatan membaca
merupakan proses kreatif dan konstruktif, ada syarat agar seseorang dapat
memahami apa yang akan dibaca, yaitu adanya peranggapan yang sama anatara
pembaca dan penulis. Selain itu, persoalan lain yang terkait dengan masalah
membaca itu banyak pula misalnya skemata, baik yang terkait dengan bahasa,
topik, maupun faktor lain diluar bahasa. Skemata pembaca sangat berperan bagi
keberhasilan kegiatan membaca, keterampilan membaca tidak diperoleh secara
mendadak, melainkan diperlukan waktu yang cukup lama dan latihan terus
menerus (akhdiah dkk, 1991/1992: 24).
Jadi untuk dapat membaca dengan efektif seseorang harus terbiasa dahulu dengan
kegiatan membaca agar diperoleh pengetahuan yang dapat mempermudah dalam
memahami suatu bacaan dalam waktu yang singkat.
B. LANDASAN
TEORI
1. Konsep Membaca
Menurut
Harris dan Sippay (Zuchdi 2008: 19), Membaca dapat didefinisikan “penafsiran
yang bermakna terhadap bahasa tulis”. Hakikat kegiatan membaca adalah
memperoleh makna yang tepat. Pengenalan kata dianggap sebagai suatu prasyarat yang
diperlukan bagi komprehensi bacaan, tetapi pengenalan kata tanpa komprehensi
sangat kecil nilainya.
Berikut
definisi membaca menurut para ahli (zuchdi, 2008: 21-22). Menurut Emerald V
Dechant membaca adalah proses pemeberian makna terhadap suatu tulisan, sesuai
dengan maksud penulis. Definisi membaca menurut David Russel adalah tanggapan
terhadap pengertian yang dinyatakan penulis dalam kata, kalimat, paragraf atau
bentuk yang lebih panjang. Dalam hal ini, termasuk juga proses penemuan
pengertian baru secara pribadi oleh pembaca. Menurut Miles A Tinker dan Contasc
M Mc Cullough, membaca melibatkan proses identifikasi dan proses mengingat
suatu bahan yang disajikan sebagai rangsangan untuk membangkitkan pengalaman
dan membentuk pengertian baru melalui konsep-konsep yang relevan yang telah
dimiliki oleh pembaca.
Sedangkan menurut Burns
(Suhardi dan Zamzani, 2005: 189) dijelaskan bahwa, Membaca dapat dilihat
sebagai suatu proses dan sebagai suatu hasil. Membaca sebagai suatu proses
merupakan semua kegiatan dan teknik yang ditempuh oleh pembaca yang mengarah
melalui tujuan melalui tahap-tahap tertentu . Proses tersebut berupa penyandian
kembali yang sering disebut dengan decodding
dan pemberian makna pada sandi yang umumnya dikenal dengan pemahaman makna. Kegiatan
dimulai dari pengenalan huruf, kata, ungkapan, kalimat, sampai pada jenjang
wacana. Membaca sebagai suatu proses mencakup beberapa tahap, dan agar dapat
memberikan makna terhadap apa yang dibaca diperlukan pengetahuan dan
pengalaman, baik bahasa maupun nonbahasa itu disebut frame, scenarios, encyclopaedic entry, dan yang paling umum
disebut dengan istilah schema
(skemata) (kartomihardjo, 1999:2). Skemata banyak digunakan oleh pembaca atau
pendengar untuk menyusun interpretasi terhadap sesuatu yang baru, yang baru didengar,
daiamati, atau dibaca. Dalam prosesnya, benak manusia mencari-cari skemata yang
telah dimiliki, dicocokan dengan yang sesuai atau mirip dengan sesuatu yang
baru saja didengar atau dibacanya (kartomihardjo, 1999: 1). Keluasan skemata
sangat mempengaruhi keberhasilan membaca karena pembaca tentu harus mengenali
konsep dan makna kosakata serta setting yang terdapat dalam bacaan.
Membaca sebagai suatu
hasil adalah dicapainya suatu komunikasi pikiran dan perasaan anatara penulis
dan pembaca. Komunikasi dapat terjadi bergantung pada pemberian makna pembaca
(pemahaman pembaca) yang dihasilkan melalui proses membaca. Pemberian makna
bacaan itu sangat dipengaruhi oleh skemata linguistik dan nonlinguistik
pembacanya. Pembaca yang memiliki skemata yang luas dan kaya akan memiliki
peluang yang luas pula untuk memberikan makna dan konsep serta menentukannya
yang paling relevan dengan konteksnya, dan hal itu tidak terjadi pada pembaca
yang memiliki skemata yang sempit. Hal tersebut didasari oleh pemikiran dan
asumsi bahwa penulis mengungkapkan gagasannya menggunakan alur pikir tertentu
dan mengikuti sistem sandi bahasa yang digunakannya (Suhardi dan Zamzani 2005:
192-193).
Dalam buku Wiryodijoyo
(1989:1-2) juga dijelaskan bahwa membaca adalah salah satu ketrampilan yang
berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting pada manusia, yaitu
berbahasa.dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya. Apabila
dalam berbahasa orang mau berpikir tenang dan menggunakan perasaan yang
jernih,maka akan terciptalah komunikasi yang jelas, sehingga terhindarah salah
faham antara satu dengan yang lain. Banyak para ahli yang memberikan definsi
tentang membaca., berikut diterakan berbagi pendapat mengenai kegiatan membaca.
a. Membaca
adalah proses medapatkan arti dari kata-kata tertulis. (Heilman)
b. Membaca
adalah sebuah proses berpikir, yang termasuk didalamnya mengartikan,
menafsirkan arti, dan menerapkan ide-ide dari lambang. (Carter)
c. Membaca
adalah dua tingkat proses dari penerjemahan dan pemahaman: pengarang menulis
pesan berupa kode (tulisan), dan pembaca mengartikan kode itu. (Carol)
d. Membaca
adalah proses psikologis untuk menentukan arti kata-kata tertulis. Membaca
melibatkan penglihatan, gerak mata, pembicaraan batin, ingatan, pengetahuan
mengenai kata yang dapat dipahami, dan pengalaman pembacanya. (Cole)
e. Membaca
adalah proses membentuk arti dari teks-teks tertuis. (Anderson, Richard C.)
f. Membaca
ialah pengucapan kata-kata dan perolehan arti dari barang cetakan. Kegiatan itu
melibatkan analisis, dan pengorganisasian berbagai ketrampilan yang kompleks.
Termasuk didalamnya pelajaran, pemikiran, pertimbangan, perpaduan, pemecahan
masalah, yang berarti menimbulkan kejelasan informasi (bagi pembaca).
Komunikasi pembaca
antara pembaca dan penulis itu sendiri dapat terjadi karena adanya kesamaaan
pengetahuan dan asumsi daiantara mereka. Oleh sebab itu, dalam kegiatan membaca
sesungguhnya pembaca melakukan suatu proses interaksi anatar pikiran, mata, dan
teks yang dibacanya yang merupakan representasi lawan komunikasi. Didalam
pikiran pembaca, bagi pembaca yang sudah mempunyai pengetahuan dan konsep yang
telah menjadi skemata tersebut.terjadi interaksi dengan teks melalui mata.
Dalam interaksi tersebut pembaca menganalisis makna, baik makna formal maupun
makna situasional/ kontekstual dengan memanfaatkan skematanya (Suhardi dan
Zamzani 2005: 193-194).
Sujanto (1989: 5-6) kegiatan
membaca sebagai salah satu kegiatan menyimak, tidak lain adalah juga merupakan
kegiatan komunikasi, karena membaca tidak lain adalah menerima pesan dari
buku-buku. Telah disebutkan diatas, bahwa informasi yang kita terima itu tidak
selalu langsung kita pahami maknanya. Hal itu disebabkan oleh beberapa
kemungkinan:
a.
bahasanya tidak kita kuasai: kita bisa
mendengar orang asing berbicara dengan bahasa mereka, tetapi kita tidak dapat
menangkap maknanya.
b.
Ada istilah-istilah yang tidak kita
pahami:; meskipun istilah itu hanya merupakan bahagian kecil dari bahasa yang
katakanlah ita kuasai, namun penggunan istilah-istilah yang tidak kita mengerti
akan merupakan gangguan terhadap pemprosesan informasi.
c.
Informasi itu sendiri terlalu sulit bagi
kita sebagai pembaca, karena sama sekali belum ada persepsinya atau informasi
yang relevan untuk mengolahnya. Misalnya saja para mahasiswa yang bukan dari
program atau jurusan eksakta, akan sangat sulit, atau bahkan tidak mengerti
sama sekali bila membaca buku tentang teori atom.
2. Membaca Secara Efektif
Kita
masing-masing mempunyai kebiasaan atau cara membaca. Namun satu hal yang harus
diusahakan adalah kemampuan membaca yang semakin cepat tetapi juga semakin
intensif dan efektif. Semakin intensif yang dimaksudkan adalah cermat dalam menyerap
dan menilai pesan-pesan atau informasi yang terkandung dalam bahan bacaan dalam
waktu sesingkat mungkin. Semakin efektif berarti semakin cepat dan tepat
mencari suatu informasi yang benar-benar anda perlukan saja. seringkali untuk
mecari suatu informasi anda hanya perlu melihat sejenak indeks yang terdapat
dibagian belakang buku-buku teks untuk mengetahui pada halaman-halaman berapa
informasi yang anda perlukan itu dapat ditemukan. Atau dengan terlebih dahulu
melihat daftar isi anda juga dapat mengetahui didalam bab atau bagian mana
terdapat informasi yang anda perlukan ( Sujanto: 7).
3. Strategi Membaca
Strategi adalah metode
khusus untuk mendekati masalah atau tugas langgam-langgam operasi untuk meraih
tujuan tertentu, rancangan tersebut untuk mengendalikan dan memaaanipulasi
informasi tertentu. Oxford & Ehrman (1998, h. 8) mendefinisikan strategi
pembelajaran bahasa kedua sebagai” tindakan, perilaku, langkah, atau teknik
spesifik yang dipakai untuk meningkatkan pembelajaran mereka sendiri”. Ia
adalah “siasat tempur” yang disesuaikan dengan konteks yang mungkin bervariasi
dari waktu kewaktu, atau dari satu situasi ke situasi yang lain atau dari waktu
ke waktu, atau dari satu situasi ke situasi yang lain., atau bahkan dari satu
budaya kebudaya yang lain. Strategi bervariasi di dalam diri seseorang.
Secara garis besar
dapat dikenal tiga jenis model membaca, yakni model membaca top-down, bottom-up, dan interaction. Pada prinsipnya model
membaca top-down berupa kegiatan membaca
dengan urutan pemaknaan judul atau penafsiran topik, pemahama atau pemaknaan
konteks situasi kegiatan membaca secara intensif, dan penetapan makna secara
final. Model membaca bottom-up pada
prinsipnya berupa kegiatan pemberian makna bacaan secara otomistis, yaitu
berupa tahapan pengenalan dan pemaknaan kata, menghubungkan kata dengan kata,
istilah dengan istilah, frasa dengan frasa, kalimat dengan kalimat sampai
paragraf, menghubungkan paragraf dengan paragraf sampai akhirnya keseluruhan
teks sebagaia wujud wacana. Model membaca interaction
merupakan perpaduan dua model tersebut (cook dan Ellias dalam Suhardi dan
Zamzani 2005).
Terlepas
dari ketiga model pembelajaran membaca tersebut yang jelas seseorang akan dapat
memberikan makna teks bacaan dengan baik. Seseorang yang memiliki pengalaman,
pengetahuan, dan wawasan tentang dunia yang lebih banayak dan luas, ia akan
memiliki peluang yang lebih baik dalam pemaknaan bacaan, bila dibandingkan
dengan seseorang yang memeilki skemata yang lebih sedikit. Tentu saja, skemata
tersebut dapat memberikan sumbangan yang berarti terhadap pemaknaan bacaan bila
didayagunakan dengan baik. Agar seseorang dapat mendayagunakan skemata untuk
keperluan pemaknaan bacaaan, diperlukan yang terstruktur dan strategi yang
tepat.
3. Skemata
pengalaman dan
pengetahuan yang luas (skemata) merupakan faktor yang sangat penting dalam
membaca. Dengan bekal pengetahuan dan pengalaman yang sesuai dengan materi
bacaan, pembaca mampu mengenali dan memahami konsep-konsep dan kata-kata yang
dibacanya, selanjutnya mampu memahami makna kata-kata tersebut dengan tepat dan
cepat. Pengalaman merupakan dasar pembentukan konsep-konsep dan konsep-konsep
adalah dasar penguasaan kosakata (perbendaharaan kata).
Pengetahuan yang
dicapai sebelum seseorang membaca sangat mempengaruhi keberhasilan membaca.
Pengetahuan ini berpengaruh kepada pemahaman di setiap tingkat proses
pemahaman. Dalam tingakat penyimpulan, ia menentukan yang mana kesimpulan perlu
dibuat. Pada tingkat penyimpanan, ia menentukan mana informasi-informasi yang
perlu disimpan, dalam bentuk apa disimpan, dan apakah ia akan diproduksi
kembali?
Untuk mengurangi
kemungkinan adanya prasangka yang disebabkan adanya pengetahuan ini digunakan
sejumlah kutpan dari topik-topik yang berbeda. Keuntungannya adalah bahwa
pembaca yag lebih luas pengetahuannya kemungkinan besar bekerja lebih baik
dalam mengerjakan tes itu. Bila pengenalan kata berjalan dengan baik, tetapi
pemahaman lemah kekurangan pengetahuan ini mungkin merupakan faktor yang
menambah kelemahan itu. Satu cara menilai pengetahuan mengenai topik adalah menyajikan
tiga kata kunci mengenai isi kutipan yang ditanyakan kepada murid agar
membayangkan dengan bebas dalam ingatan bila mendengar setiap kata. Bayang-bayangan
ini dinilai yang menunjukan banyak atau sedikit pengetahuan itu (Wiryodijoyo,
1989:15-16).
Menurut John Mcneill (Suhardi dan Zamzani
2005: 190), schemata adalah pembaca
“konsep, keyakinan, harapan, proses- hampir semuanya dari pengalaman masa lalu
yang digunakan dalam pengertian membaca dalam membaca, skemata yang digunakan
untuk memahami teks; yang kata yang dicetak membangkitkan pengalaman pembaca,
serta hubungan masalalu dan potensi.
1.
Schemata selalu terorganisir bermakna, dapat
ditambahkan ke, dan, sebagai pengalaman keuntungan individu, mengembangkan
untuk memasukkan variabel yang lebih banyak dan spesifisitas lebih.
2.
Setiap skema yang tertanam di schemata lain dan
dirinya sendiri mengandung subschema.
3.
Schemata perubahan dari saat ke saat sebagai informasi
diterima.
4.
Mereka mungkin juga akan ditata ulang
ketika data masuk mengungkapkan perlu merestrukturisasi konsep.
5.
Representasi mental yang digunakan
selama persepsi dan pemahaman, dan yang berkembang sebagai hasil dari
proses-proses ini, bergabung membentuk keseluruhan yang lebih besar dari jumlah
bagian-bagiannya.
Skema (schemata jamak) adalah struktur mental
hipotetis untuk mewakili konsep generik yang tersimpan dalam memori. Ini adalah
semacam kerangka kerja, atau rencana. Schemata adalah diciptakan melalui
pengalaman dengan orang-orang, benda, dan peristiwa di dunia.
Dua jenis schemata paling sering dibahas dalam penelitian membaca
adalah schemata formal dan schemata konten. schemata formal adalah struktur
tatanan yang lebih tinggi mengandung pengetahuan tentang struktur organisasi
retoris, termasuk pengetahuan tentang sifat-sifat umum jenis teks dan perbedaan
dalam genre (Carrell & Eisterhold dalam Hernowo: 201). Jenis lain
dari skema yang membawa pembaca untuk teks adalah skema konten, pengetahuan
relatif ke domain isi teks. Konten
schemata sendiri dapat diklasifikasikan ke dalam jenis yang berbeda. Salah satu
bunga yang menarik banyak tumbuh adalah skema konten budaya-spesifik. Beberapa
studi penutur kedua bahasa dan pemahaman bacaan menunjukkan bahwa pengalaman
budaya sebelumnya sangat penting dalam memahami teks.
C.KESIMPULAN
Agar
dapat memberikan makna terhadap apa yang dibaca diperlukan pengetahuan dan
pengalaman baik. Berdasarkan analisis di atas, membaca yang baik
melibatkan di sedikitnya tiga faktor: cengkeraman subyek membaca, pemahaman terhadap
isi budaya secara implisit atau eksplisit dinyatakan, dan kemampuan untuk
mengatasi tidak diketahui kata dan struktur gramatikal dalam bagian tersebut.
Berbekal schemata konten, bagaimanapun, penekankan pada interaksi dari tiga
faktor, dan pengetahuan latar belakang tertentu, yang jauh melampaui
pengetahuan linguistik. Oleh karena itu, harus sangat sensitif terhadap masalah
yang membaca hasil dari pengetahuan budaya implisit diandaikan oleh teks. Dalam
latar belakang pengetahuan yang relevan membaca dan bahasa harus dibahas secara
bersamaan.
Menjadi
fasih melibatkan pembaca menemukan koneksi untuk memiliki kehidupan dan membuat
satu bagian informasi baru dari pengetahuan sendiri satu. Pengembangan
keterampilan berprinsip fleksibel yang dapat diterapkan pada tugas membaca yang
berbeda adalah salah satu hal yang paling efektif dari membaca. Teori Skema
menawarkan wawasan tentang pengetahuan cara adalah dibangun tetapi jauh dari
pembukaan lengkap dari proses misterius membaca.
D. Daftar Pustaka
Akhaidah, Sabarti dkk. 1991/1992. Bahasa Indonesia I. Jakarta: P2LPTK Ditjen
Dikti Depdikbud.
Kartomihardjo, Soesono. 1999. Memahami Teks Khusus dengan Menggunakan
Analisis Wacana. Makalah disajikan dalam pelba 13 (pertemuan linguistik
(pusat kajian) bahasa dan budaya atmajaya ke-13) dipusat kajian baasa dan
budaya UNIKA Atma Jaya, Jakarta, 26-27 Juni 1999.
Zuchdi, Darmiyati. 2008. Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca. Yogyakarta:
UNY.
Zamzani, Suhardi. 2005. Strategi Pendayagunaan Skemata Mahasiswa
Dalam Pembelajaran Membaca: Upaya Meningkatkan Efektivitas Membaca. Yogyakarta:
Litera FBS UNY.
Martiningsih. September 2008. Mengapa Kebiasaan Membaca Masih Belum
Berkembang?. Jakarta: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.
Wiryodijoyo, Suwaryono. 1989. Membaca: Strategi Pengantar dan Tekniknya. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Hernowo. 2002. Mengikat Makna. Bandung: Kaifa.
Sujanto, Ch. 2008. Keterampilan Berbahasa Membaca- Menulis-
Berbicara Untuk Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia. Jayapura: FKIP Uncen
Jayapura.
minta referensi buku/makalah yang bahas tentang skemata secara lebih spesifik donk... kalo bisa yang cenderung ke ilmu murninya, bukan yang pendidikan...
BalasHapusmakasih :)